The First SCANDAL Band Forum & Fansite


Join the forum, it's quick and easy

The First SCANDAL Band Forum & Fansite
The First SCANDAL Band Forum & Fansite
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Nihongo O Dekimasu

Go down

Nihongo O Dekimasu Empty Nihongo O Dekimasu

Post  Admin Tue Dec 01, 2009 9:03 pm

Yang Umum diucapkan di Awal Pembicaraan



[JAP] Ohayou / Ohayou gozaimasu
[INA] “selamat pagi”


[JAP] Konnichiwa
[INA] “selamat siang”


[JAP] Konbanwa
[INA] “selamat malam”


[JAP] Yoroshiku onegaishimasu
[INA] “mohon bimbingannya” / “mohon bantuannya”

–> (biasanya diucapkan pada saat berkenalan, atau pada saat akan mengerjakan sesuatu bersama-sama)


[JAP] O genki desu ka?
[INA] “Apakah Anda sehat?”


[JAP] O kage desu
[INA] “Saya sehat-sehat saja.”
–> (digunakan untuk menjawab “O genki desu ka?”)


[JAP] Kyou wa ii o tenki desu ne?
[INA] “Cuaca hari ini bagus, bukan?”


[JAP] Youkoso!
[INA] “Selamat datang!”


[JAP] Moshi-moshi…
[INA] “Halo…” (berbicara lewat telepon)







Yang umum diucapkan Selama Percakapan Berlangsung



[JAP] Hai
[INA] Ya

–> (untuk menyetujui sesuatu atau menjawab pertanyaan)


[JAP] Iie
[INA] “Tidak”

–> (kebalikannya “hai”)


[JAP] Arigatou / Arigatou gozaimasu
[INA] “Terima kasih”

–> (gozaimasu di sini dipakai untuk ucapan formal, atau bisa juga menyatakan “terima kasih banyak”)


[JAP] Gomen na sai
[INA] “Mohon maaf”


[JAP] Sumimasen
[INA] “Permisi”

–> (bisa juga diterapkan untuk minta maaf, tapi (umumnya) dalam kadar yang lebih ringan daripada “gomen na sai”)


[JAP] Zannen desu
[INA] “sayang sekali” / “amat disayangkan”


[JAP] Omedetto, ne
[INA] “Selamat ya”

–> (untuk beberapa hal yang baru dicapai, e.g. kelulusan, menang lomba, dsb)


[JAP] Dame / Dame desu yo
[INA] “jangan” / “sebaiknya jangan”


[JAP] Suteki desu ne
[INA] “Bagus ya…” / “indah ya…”

–> (untuk menyatakan sesuatu yang menarik, e.g. ‘hari yang indah’)


[JAP] Sugoi! / Sugoi desu yo!
[INA] “Hebat!”


[JAP] Sou desu ka
[INA] “Jadi begitu…”

–> (menyatakan pengertian atas suatu masalah)



[JAP] Daijoubu desu / Heiki desu
[INA] “(saya) tidak apa-apa” / “(saya) baik-baik saja”







Jika Anda Kesulitan menangkap Ucapan Lawan Bicara Anda



[JAP] Chotto yukkuri itte kudasai.
[INA] “Tolong ucapkan lagi dengan lebih lambat.”


[JAP] Mou ichido itte kudasai.
[INA] “Tolong ucapkan sekali lagi.”


[JAP] Motto hakkiri itte kudasai.
[INA] “Tolong ucapkan dengan lebih jelas.”







Untuk Mengakhiri Pembicaraan



[JAP] Sayonara
[INA] “Selamat tinggal”


[JAP] Mata aimashou
[INA] “Ayo bertemu lagi kapan-kapan”


[JAP] Ja, mata / mata ne
[INA] “Sampai jumpa”


[JAP] Mata ashita
[INA] “Sampai jumpa besok”







Beberapa Kalimat yang Tidak Selalu Muncul dalam Dialog, tetapi merupakan Elemen Kebudayaan Jepang



[JAP] Irasshaimase!
[INA] “Selamat datang!”

–> (kalimat ini hanya diucapkan oleh petugas toko ketika Anda berkunjung)


[JAP] Itekimasu!
[INA] “Berangkat sekarang!”

–> (kalimat ini diucapkan ketika Anda hendak pergi meninggalkan rumah pada orang yang tetap tinggal di dalam)


[JAP] Iterasshai
[INA] “Hati-hati di jalan”

–> (diucapkan ketika seseorang hendak pergi ke luar rumah; umumnya sebagai jawaban untuk “Itekimasu”)


[JAP] Itadakimasu
[INA] [literal] “Terima kasih atas makanannya”

–> (kalimat ini sebenarnya tidak diartikan secara harfiah. Masyarakat Jepang biasanya mengucapkan kalimat ini sebagai ungkapan rasa syukur atas makanan yang dihidangkan)


[JAP] Gochisousama deshita
[INA] [literal] “perjamuan/hidangan sudah selesai”

–> (seperti “Itadakimasu”, kalimat ini juga tidak diartikan secara harfiah. Masyarakat Jepang pada umumnya mengucapkan kalimat ini seusai makan)


[JAP] Kimochi…!
[INA] [literal] “perasaan/isi hati”

–> (kata ini umum diucapkan jika Anda merasakan sesuatu yang nyaman di suatu tempat. E.g. Jika Anda pergi ke gunung dan merasa bahwa udara di sana nyaman, maka kata ini bisa Anda gunakan untuk menjelaskannya. ^^ )



***

Secara umum, bahasa Jepang memiliki struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia dan Inggris. Perbedaannya sendiri bisa dijabarkan sebagai berikut:

[ENG] I eat chocolate.
[INA] Saya makan coklat.

Dari contoh di atas, terlihat bahwa bahasa Indonesia memiliki struktur kalimat yang mirip dengan bahasa Inggris. Jika Anda hendak menerjemahkan kalimat pertama ke dalam bahasa Indonesia, Anda hanya perlu mengganti kata “I” dengan “Saya”, “eat” dengan “makan”, dan “chocolate” dengan “coklat” — di sini, Anda tidak perlu menukar posisi antara subyek, predikat, maupun obyek untuk melakukan penerjemahan.

Bagaimana dengan bahasa Jepang?

Dalam bahasa Jepang, hal tersebut tidak bisa diterapkan. Terjemahan kata-per-katanya sendiri adalah sebagai berikut.

saya = watashi
makan = taberu
coklat = CHOKOREETO

Meskipun begitu, contoh “saya makan coklat” di atas akan diterjemahkan sebagai:

[JAP] Watashi wa CHOKOREETO wo taberu.


Mengapa?

Ini karena bahasa Jepang menggunakan struktur Subyek-Obyek-Predikat dalam penggunaannya, dan menggunakan partikel tertentu sebagai pelengkap (yaitu “wa”/”ga” setelah subyek, dan “wo” untuk obyek). Sehingga, kalau dilihat kata-per-kata dalam bahasa Indonesia, terjemahan di atas akan jadi seperti berikut ini.

[JAP] Watashi wa CHOKOREETO o taberu.

[INA] Saya, coklat, makan

Hmm, tapi itu nggak asik™️ . Lebih cocok kalau Anda menerjemahkannya seperti ini:

[JAP] Watashi wa CHOKOREETO wo taberu.

[INA] Oleh saya, coklat dimakan.

Dengan demikian, Anda bisa menerjemahkan bentuk kalimat Jepang yang paling dasar ini. Tentunya kosakata baru harus dipelajari sendiri, entah lewat kamus ataupun otodidak. .

Contoh lainnya…

[JAP] Neko wa nezu o oikakeru.

[INA1] Oleh kucing, tikus dikejar.

[INA2] Kucing mengejar tikus (bentuk sederhana)

***

Jika Anda tidak menggunakan obyek dalam kalimat dan hanya memakai subyek-predikat, maka cara penerjemahan di atas tak perlu dilakukan. Anda bisa melakukan penerjemahan kata-per-kata begitu saja.

E.g.

[JAP] Ano hito ga hashiru.

–> “ano hito” = “orang itu”
–> “hashiru” = “berlari”

[INA] Orang itu berlari

[JAP] Kaze ga fuku.

–> “kaze” = “angin”
–> “fuku” = “bertiup”

[INA] Angin bertiup.

Ini juga berlaku untuk menjelaskan perihal suatu benda atau orang, hanya saja di akhirnya perlu ditambahkan partikel “desu” (atau bentuk informalnya, “da”).

[JAP] Namae wa Sora desu.

–> “namae” = “nama”

[INA] Nama (saya) adalah Sora.

[JAP] Aitsu wa otoko da.

–> “aitsu” = “orang itu” (bentuk informal)
–> “otoko” = “laki-laki/pria dewasa”

[INA] Orang itu laki-laki

Berbeda dengan bahasa Indonesia, bahasa Jepang tidak menggunakan imbuhan untuk membedakan kelas kata dalam kalimat. Dalam bahasa ini, cara mengenali suatu kata sebagai subyek, predikat, obyek, maupun keterangan dilakukan dengan melihat partikel apa yang mengikuti kata tersebut.

Contoh dari pembahasan sebelumnya:

[JAP] Watashi wa CHOKOREETO wo taberu.

[INA] Oleh saya, coklat dimakan.

Di sini terlihat bahwa untuk subyek partikel penandanya adalah “wa” (atau “ga”); sedangkan untuk obyek penandanya adalah “wo”. Sehingga, dengan demikian kita bisa membentuk kalimat aktif dasar berpola Subyek-Predikat-Obyek.

Bagaimana dengan elemen keterangan?

Untuk fungsi keterangan, bahasa Jepang menggunakan beberapa partikel tambahan selain yang telah disebutkan. Post ini sendiri akan mengupas dua dari berbagai partikel keterangan tersebut, dan akan dilanjutkan secara berkala pada post-post selanjutnya.


Beberapa Partikel Keterangan yang Umum Dipakai (bagian 1)


1. Partikel ‘no’

Secara umum, partikel ‘no’ memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyatakan kepemilikan dan (2) menerangkan benda yang dimaksud. Contoh penggunaannya sendiri seperti berikut ini:


(a) menyatakan kepemilikan

[JAP] Watashi no tokei

–> “watashi” = “saya”
–> “tokei” = “jam”

[INA] Jam milik saya

Perhatikan bahwa di sini posisi subyek (”saya”) dan benda (”jam”) bertukar, ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Prosesnya sendiri kurang-lebih sama dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Contoh lain…

[JAP] Okaa-san no kimono

–> “okaa-san” = “ibu”

[INA] Kimono milik Ibu


(b) menerangkan benda yang dimaksud

Dalam penggunaan yang ini, partikel ‘no’ mempunyai makna kira-kira seperti “yang” (dalam Bahasa Indonesia). Dengan kata lain, ‘no’ di sini berfungsi menjelaskan secara lebih detail.

Contoh…

[JAP] Ano hidari no e ga kirei desu.

–> “ano” = “itu”
–> “hidari” = “kiri/sebelah kiri”
–> “e” = “lukisan”
–> “kirei” = “cantik/indah (untuk lukisan)”

[INA1] Yang sebelah kiri itu, lukisannya indah.

[INA2] Lukisan yang sebelah kiri itu indah. (bentuk sederhana)

Penggunaan ‘no’ yang sama, dengan kalimat yang lebih sederhana, dapat dicontohkan sebagai berikut.

[JAP] Ichiban no eiyuu wa ULTRAMAN desu.

–> “ichiban” = “terbaik/terhebat”
–> “eiyuu” = “pahlawan”

[INA1] Yang terhebat, pahlawan, adalah ULTRAMAN.

[INA2] Pahlawan terhebat adalah ULTRAMAN. (bentuk sederhana)

***

Berbagai penggunaan lain dari partikel ini bisa diturunkan dari dua fungsi di atas, walaupun terkadang agak kurang berterima dalam bahasa Indonesia.

E.g.

[JAP] kumo no ue ni

–> “kumo” = “awan”
–> “ue” = “atas”
–> “ni” = partikel bantu, menyatakan lokasi
(akan dibahas di post selanjutnya)

[INA1] Di atasnya awan

[INA2] Di atas awan (disempurnakan)

……


2. Partikel ‘de’

Seperti halnya partikel ‘no’, partikel ‘de’ mempunyai dua fungsi umum. Yang pertama, menyatakan tempat; dan kedua, menyatakan cara.


(a) untuk menyatakan tempat

Dalam bahasa Indonesia, maknanya kira-kira seperti kata “di” sebelum keterangan tempat. Sekilas, pemakaiannya mirip dengan partikel ‘ni’ — tetapi, untuk saat ini, kita belum akan membahasnya.

Contoh penggunaan:

[JAP] Kissaten de hataraku.

–> “Kissaten” = “kafe”
–> “hataraku” = “bekerja”

[INA1] Di kafe, (saya) bekerja.

[INA2] Saya bekerja di kafe. (bentuk sederhana)

[JAP] Asoko de matteta.

–> “Asoko” = “sana”
–> “matteta” = “menunggu” (bentuk lampau)

[INA1] Di sana, (saya) menunggu.

[INA2] Saya menunggu di sana. (bentuk sederhana)

Bisa dibilang, untuk fungsi ini, partikel ‘de’ merupakan padanan dari kata ‘di’ dalam Bahasa Indonesia.


(b) untuk menyatakan cara

Anda mungkin pernah menyatakan dalam bahasa Indonesia kalimat semacam ini:

[INA] Saya pergi menggunakan bis.

Dalam bahasa Inggris, kalimat tersebut bisa diterjemahkan sebagai berikut:

[ENG] I’m going by bus.

Bagaimana dalam bahasa Jepang?

Dalam Bahasa Jepang, kita bisa melakukan penerjemahan sebagai berikut:

[INA] Saya pergi menggunakan bis.

–> “saya” = “watashi”
–> “pergi” = “iku” (bentuk dasar)
–> “bus” = “BASU”

[JAP] Watashi wa BASU de iku

Perhatikan bahwa di sini kalimat menggunakan pola Subyek-Keterangan-Predikat — sedikit mirip dengan pola Subyek-Obyek-Predikat pada tulisan mengenai kalimat lengkap sederhana yang baru lalu.

Contoh lain,

[JAP] Ano hito wa hitori de ikiru.

–> “Ano hito” = “orang itu”
–> “hitori” = “sendiri/seorang diri”
–> “ikiru = “hidup/menjalani hidup”

[INA1] Orang itu sendirian menjalani hidup.

[INA2] Orang itu hidup sendiri. (bentuk sederhana)

***

3. Partikel ‘ni’


Secara umum, partikel ‘ni’ memiliki kegunaan yang luas. Penggolongannya sendiri dapat dijabarkan sebagai berikut ini:


(a) menyatakan situasi di suatu tempat

Sekilas, penggunaan partikel ‘ni’ di sini mirip dengan partikel ‘de’ yang telah dibahas sebelumnya. Meskipun begitu, ada perbedaan kecil yang harus diperhatikan:

Partikel ‘ni’ digunakan untuk menjelaskan situasi tempat. Sedangkan partikel ‘de’ berfungsi menjelaskan lokasi berlangsungnya kejadian.

Sehubungan dengan itu, penggunaan partikel ‘ni’ kurang lebih bisa dicontohkan seperti berikut.


[JAP] Daigaku ni, RABU ga aru

“daigaku” = “kampus”
“RABU” = “lab/laboratorium”
“aru” = “ada/terdapat”

[INA] Di kampus, terdapat laboratorium

Perlu diperhatikan bahwa di sini partikel ‘ni’ hanya menjelaskan situasi di suatu tempat. Jika Anda hendak menuliskan suatu kejadian dengan keterangan tempat, maka Anda harus mengunakan partikel ‘de’.

Contoh perbedaan:


[INA] Di sana, saya menunggu.

[JAP1] Asoko ni, watashi ga matteta
—> penggunaan yang SALAH

[JAP2] Asoko de, watashi ga matteta
—> penggunaan yang BENAR

Meskipun begitu, terkadang beberapa lirik lagu (yang kalimatnya terpenggal-penggal) mengesankan seolah kedua partikel ini bisa dipertukarkan. E.g.


[JAP1] Kokoro no naka ni…

[JAP1] Kokoro no naka de…

[INA] Di dalam hati…

Sebenarnya ini agak menipu. Penggunaan partikel di atas tidak menyertakan kalimat lanjutan, yang boleh jadi sifatnya menjelaskan kegiatan (harus menggunakan ‘de’) — atau sekadar menjelaskan situasi (harus menggunakan ‘ni’).



(b) menyatakan waktu

Partikel ‘ni’ juga bisa digunakan untuk menyatakan waktu berlangsungnya suatu peristiwa. Umumnya digunakan bersama dengan bilangan jam ataupun penunjuk waktu lainnya.

Contoh:


[JAP] Ichiji ni, watashi ga iku

-> “ichiji” = “jam satu” / “pukul satu”
-> “watashi” = “saya”
-> “iku” = “pergi”

[INA] Saat pukul satu, saya pergi

Contoh lain,


[JAP] Juunigatsu ni, yuki ga furu

-> “Juunigatsu” = “Desember” (literal: “bulan ke-12″)
-> “yuki” = “salju”
-> “furu” = “jatuh/turun” (e.g. untuk hujan, salju, dsb)

[INA] Saat Desember, salju turun



(c) menjelaskan keadaan subyek

Untuk penggunaan ini, partikel ‘ni’ tidak berdiri sendiri, melainkan ditemani oleh partikel ‘wa’. Dengan demikian, polanya akan menjadi “[subyek] ni wa…”

Contoh penerapannya:


[JAP] Watashi ni wa, sore de ii

-> “watashi” = “saya”
-> “sore” = “itu” / “hal itu”
-> “ii” = “baik” / “tidak masalah”

[INA] Kalau bagi saya, hal itu tidak masalah

Contoh yang lebih kompleks, bisa juga sebagai berikut:


[JAP] Yo no naka ni wa, mahou kishi ga aru

-> “yo no naka” = “dalam dunia ini”
-> “mahou kishi” = “ksatria sihir”
-> “aru” = “ada”/”terdapat”

[INA] Di dalam dunia ini, terdapat ksatria sihir

Pada dasarnya, partikel ‘ni’ yang disertai ‘wa’ ini berfungsi menjelaskan keadaan si subyek yang disebut sebelumnya. ^^



(d) menjelaskan perlakuan obyek pada subyek

Judul di atas agak terlalu teknis; jadi baiknya kita langsung jelaskan dengan contoh saja ^^;;

Misalnya Anda punya teman, yang mengalahkan Anda dalam bermain game. Maka, dalam bahasa Indonesia, hal itu bisa digambarkan sebagai berikut:

[INA] Saya kalah melawan dia

Nah, dalam bahasa Jepang, pernyataan ini bisa ditulis sebagai berikut:


[JAP] Watashi wa aitsu ni maketa

-> “watashi” = “saya”
-> “aitsu” = “orang itu” / “dia” (bentuk informal)
-> “maketa” = “kalah” (bentuk lampau, dari makeru)

[INA] Saya kalah dari dia

Pada dasarnya, penggunaan partikel ‘ni’ yang ini berfungsi menunjukkan apa yang dilakukan obyek (”dia”) kepada subyek (”saya”).

Contoh lain,


[JAP] Kira wa Shinn ni awadateru

-> “awadateru” = “memukul” / “menampar”

*) “Kira” dan “Shinn” adalah nama orang

[INA] Kira ditampar oleh Shinn

***
4. Partikel “ya” dan “to”


Partikel “ya” dan “to” memiliki arti yang mirip, yaitu sama dengan kata sambung “dan” dalam bahasa Indonesia. Fungsinya adalah menyatakan sejumlah benda secara bersamaan.

Meskipun demikian, terdapat suatu perbedaan. Partikel ‘to’ digunakan untuk menyatakan himpunan lengkap. Sedangkan partikel ‘ya’ dipakai untuk menyatakan himpunan sebagian.

Well… kedengarannya memang agak rumit sih. Meskipun begitu, penjelasannya akan lebih mudah jika diterapkan dalam contoh berikut:


[JAP] Watashi to Taro wa tomodachi desu.

–> “watashi” = “saya”
–> “tomodachi” = “sahabat” / “teman dekat”

–> “Taro” di sini adalah nama orang

[INA] Saya dan Taro adalah teman dekat.

Dalam contoh di atas, subyek dibatasi pada “saya” dan “Taro”. Dengan kata lain, hanya “saya” dan “Taro” yang menjadi pokok pembicaraan di sini.

Sedangkan penggunaan partikel ‘ya’ agak sedikit berbeda:


[JAP] Shiki ya Arihiko ga KAFETERIA ni iru

–> “KAFETERIA” = “kantin”/”kafetaria”
–> “iru” = “ada”/”berada”

–> “Shiki” serta “Arihiko” di sini adalah nama orang

[INA] Shiki dan Arihiko berada di kafetaria

Dalam penggunaan di atas, terlihat bahwa Shiki dan Arihiko sama-sama berada di kafetaria. Meskipun demikian, tidak hanya mereka berdua saja yang ada di kafetaria — melainkan juga terdapat orang-orang lain.

Dapat dikatakan bahwa partikel ‘to’ mewakili complete list. Sedangkan partikel ‘ya’ menyatakan incomplete list.



5. Partikel “he”


Partikel ‘he’ (atau biasa diucapkan ‘e’) berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan arah.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita biasa menyatakan:


[INA] Saya pergi ke kampus

Dalam bahasa Jepang, kalimat tersebut akan berbunyi sebagai berikut:


[JAP] Watashi wa daigaku he iku

–> “watashi” = “saya”
–> “daigaku” = “kampus”
–> “iku” = “pergi”

[INA] Saya pergi ke kampus

Contoh lain…


[JAP] Ano otoko ga TOIRETTO he hashiru

–> “ano otoko” = “pria itu”
–> “TOIRETTO” = “toilet”
–> “hashiru” = “berlari”

[INA] Pria itu berlari ke arah toilet.

Jadi di sini, terlihat bahwa partikel ‘he’ menyatakan arah dari suatu pergerakan/aktivitas. Misalnya “pergi” (iku), “berlari” (hashiru), “berjalan” (aruku), dan lain sebagainya. ^^

***
6. Partikel “kara”


Partikel “kara” memiliki tiga fungsi dalam kalimat bahasa Jepang, dengan pembagian sebagai berikut:



(a) menyatakan asal


Dalam konteks ini, “kara” dipakai untuk menjelaskan dari mana suatu benda X berasal. Dalam Bahasa Indonesia, penggunaan ini diwakilkan oleh kata “dari”.

Misalnya Anda hendak menjelaskan bahwa Anda baru saja datang dari Jakarta. Dalam bahasa Jepang, Anda bisa menggunakan kalimat sebagai berikut:

[JAP] Watashi wa Jakarta kara kita.

-> “Watashi” = “saya”
-> “kita” = “datang” (bentuk lampau dari “kuru”)

[INA] Saya datang dari Jakarta.

Contoh lain…

[JAP] Kimi kara no PUREZENTO wa daisuki desu.

-> “kimi” = “kamu”
-> “PUREZENTO” = “hadiah” (serapan dari kata Inggris “present”)
-> “daisuki” = “sangat suka” / “sangat menyukai”

[INA1] Hadiah dari kamu, (saya) sangat suka.
(literal)

[INA2] (Saya) sangat menyukai hadiah dari kamu.
(bentuk kalimat disempurnakan)



(b) menyatakan sejak


Well… seperti kata “sejak” dalam bahasa Indonesia. What else? ^^;

[JAP] Nananen mae kara, Taro wa BA de hataraku.

-> “nananen mae” = “tujuh tahun lalu”
-> “BA” = “bar” (serapan dari kata Inggris yang sama)
-> “hataraku” = “bekerja”

[INA] Sejak tujuh tahun lalu, Taro bekerja di bar.

[JAP] Daigaku toki kara, ano futari wa tomodachi desu.

-> “daigaku toki” = “saat kuliah” / “waktu kuliah”
-> “ano futari” = “dua orang itu” / “mereka berdua”
-> “tomodachi” = “teman baik”

[INA1] Sejak kuliah, mereka berdua teman baik.
(literal)

[INA2] Mereka berdua teman baik sejak kuliah.
(bentuk kalimat disempurnakan)



(c) menyatakan sebab


Untuk penggunaan ini, partikel “kara” memiliki fungsi yang mirip dengan kata “karena” dalam Bahasa Indonesia. Tujuannya adalah menghubungkan dua buah klausa dengan hubungan sebab-akibat.

Contoh:

[JAP] Okane ga aru kara, karaoke he ikimashou!

-> “okane” = “uang”
-> “aru” = “ada” / “dimiliki”
-> “ikimashou” = “ayo pergi”

[INA] Karena kita ada uang, mari pergi karaoke!

[JAP] Jikan ga nai kara, watashi wa KURASU he hashiru.

-> “jikan” = “waktu”
-> “nai” = “tidak ada” / “kehabisan”
-> “KURASU” = “kelas”
-> “hashiru” = berlari”

[INA] Karena kehabisan waktu, saya berlari ke kelas.

***


7. Partikel “made”


Partikel “made” merupakan kebalikan dari fungsi (b) partikel “kara” yang telah dibahas sebelumnya. Jika “kara” diantaranya berfungsi menyatakan “sejak”, maka partikel “made” memiliki fungsi menyatakan makna “hingga”.

Bersinonim juga dengan kata “sampai” dalam bahasa Indonesia.

Contoh penggunaan:

[JAP] Juunigatsu made, Arima-san ga Yokohama ni imasu.

-> “juunigatsu” = “Desember” / “bulan Desember”
-> “imasu” = “ada” / “berada” (bentuk -masu dari “iru”)

[INA1] Hingga bulan Desember, Tuan Arima berada di Yokohama
(literal)

[INA2] Tuan Arima berada di Yokohama hingga bulan Desember.
(bentuk alternatif)

[JAP] Tokyo made arukidasou!

-> “arukidasou” = “ayo berjalan kaki” (bentuk dasar: “arukidasu”)

[INA] Ayo jalan kaki sampai Tokyo!

Partikel “made” bisa juga digunakan untuk menjelaskan “hingga kondisi tertentu”. Misalnya,

[JAP] Moetsukiru made, ore wa ganbaru!

-> “moetsukiru” = “kelelahan” / “tak mampu lagi bekerja”
-> “ore” = “saya” (laki-laki, informal)
-> “ganbaru” = “berjuang”

[INA1] Sampai tak mampu lagi, saya akan berjuang!
(literal)

[INA2] Saya akan berjuang sampai tak mampu lagi!
(bentuk alternatif)

[JAP] Asa ga kuru made, boku wa nemurenai.

-> “asa” = “pagi”
-> “kuru” = “tiba”
-> “boku” = “saya” (untuk laki-laki)
-> “nemurenai” = “tak bisa tidur”

[INA] Hingga pagi tiba, saya tak bisa tidur.

***



8. Partikel “dake”


Dalam bahasa Indonesia, partikel “dake” umum diterjemahkan sebagai kata “hanya”. Dengan demikian, kegunaannya adalah untuk menyatakan ekspresi “tidak lebih dari” benda yang dinyatakan dalam kalimat.

Well, agak sulit jika dijabarkan dalam bentuk kalimat seperti di atas; jadi lebih baik kita langsung beranjak dengan contoh:

[JAP] Sonna koto wa Sensei dake ga wakaru.

-> “sonna koto” = “hal semacam itu”
-> “sensei” = “guru”
-> “wakaru” = “mengerti” / “tahu”

[INA] Hal seperti itu, hanya Pak Guru saja yang mengerti.

Contoh lain…

[JAP] Watashi dake no kokoro.

-> “kokoro” = “hati”

[INA] Hati (ini) hanya milik saya seorang.

[JAP] Daisuki na tabemono wa, AISUKURIIMU dake desu!

-> “daisuki na” = “yang paling disukai”
-> “tabemono” = “makanan”
-> “AISUKURIIMU” = “es krim”

[INA] Makanan yang paling saya suka hanya satu, es krim!

***
credit@sora weblog
Admin
Admin
Admin

Jumlah posting : 561
Join date : 17.06.09
Age : 32
Lokasi : Central Borneo

https://scandal4-indo.indonesianforum.net

Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas


 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik